Cerpen
: Siapa yang lebih setia…? Laki laki atau wanita?
Di gubuk reot mereka tinggal,seorang pujangga sanjaya
bersama permaisurinya dwi permata sari yang ada di sana dengan beberapatetangga.Penuh kebahagiaan….
keharmonisan,keceriaan,canda tawa selalu menghiasi hari hari mereka.Saling
mengerti dan memahami yang selalu menjadi pondasi.
Mereka bermata pencaharian sebagai petani.datanglah
suatu hari yang menguji kesetian cinta mereka berdua.Pagi pagi sekali
sang pujangga meninggalkan sang permaisuri ke sawah,melihat sang istri dengan
tertidur lelap,tak tega sang pujangga membangunkannya.
Di dapati sanjaya tak ada di samping,segeralah dwi
permatasari memasak untuk sanjaya
“a…h kanda pasti sudah berangkat ke sawah,aku harus
segera mungkin mengirim sarapan untuk kanda” sesampainya di sawah
terlihat sanjaya mengayunkan cangkulnya.
“kanda sanjaya………sarapan dulu kanda”sapa dwi permata
sari
“ya dinda tunggu sebentar”saut sanjaya.bersamaan
itu,seekor ular kobra menghampiri dwi permata sari.terlihat jelas oleh sanjaya
kobra itu mau mematuk dwi permata sari.
“dinda……. Awas di samping dinda ada ular!”
“a…h kanda,makan dulu baru bercanda” bantah
dwi,karena memang mereka selalu bercanda,maka dwi permata saripun menganggap
hal itu sebagai bercanda.
“a….a…,kanda tolong” ular itu mematuk bagian belakang
kaki dwi permata sari
“dinda….,dinda tidak apa apa?”Tanya sanjaya
“kakiku mati rasa kanda”jawab dwi permata sari
Segera mungkin sanjaya membawa dwi permata sari ke dusun,
“tolong……… tolong….”pangil sanjaya kepada
tetangga,tubuh dwi permata sari membiru dan matanya pun terpejam,sembari dwi
permata sari mencoba menggerakkan bibirnya”maafkan dinda kanda,bilaman dinda
masih diberi waktu,dinda kan selalu ingin bersama kanda”
“cepat pangil tabib kesini”suruh sanjaya kepada
tetangga
Tatkala tabib datang,segera mungkin tabib mmeriksa
denyut nadi dwi,tapi tak di dapatinya.”maaf sanjaya,…”kata tabib
“tidak…. Tidak boleh,hanya bersamamu aku
hidup,bersamamu ku betahan”
Semalam suntuk sanjaya menangisi kepergian dwi permata
sari,pagi pagi sanjaya mengumpulkan batang pohon pisang dan merakitnya.Dengan
perasaan sedih nan pilu sanjaya membawa dwi permata sari ke tepi sungai dengan
rakit pohon pisang
“dinda apalah arti hidupku bila tak bersamamu…,aku kan
terus bersamamu hingga akhir hidup ini dinda,kanda kan membawamu ke ujung
samudra tak bertepi,dam mmbiarkan pohon pisang ini membusuk bersama dengan
berakhirnya cinta kita,kanda tak akan berlabuh sebelum bersatunya cinta kita
kembali”
“Ya Tuhanku… aku percaya akan kekuasaanMu
Ku sadar benar ini kehendakMu
Bilamana Kau menghendakinya,tawarlah air laut ini
Surutlah air ini
Binasalah diri ini
Tapi satu hal yang pasti aku mohon kepadaMu
Tolong beri kehidpan pada istriku ini….
Ambil separuh nyawaku untuknya
Untuk kehidupannya”
Rakit itupun terus mengikuti arus sungai dan membawa
mereka pada hamparan samudra,terus menangis dan berdoa yang hanya bisa di
lakukansanjaya.Tiba tiba seekor ular kobra menghampiri mereka berputar
putar di sekeliling mereka.
“hai kau kobra,bila mana memang Tuhan yang menjadikan
kau memisahkan aku dengan dinda,maka persatukanlah kami dengannya.Patuklah
diriku ini biar ku bisa bersama dinda”
Namun kobra itu tak mematuk sanjaya tapi malah mematuk
bagian belakang kaki dwi permata sari.
“kanda………,kenapa kta di sini?,bukankah kita di
sawah..? kanda sudah sarapan belum?”tiba tiba terdengar suara dwi permata sari
di telinga sanjaya.
“indahnya mimpi ini sampai Kau dengarkan suara istriku
ya… Tuhanku”gumam sanjaya dalam hati
“kanda…. Kanda… di Tanya kok diam saja? Ada apa
kanda?”Tanya dwi permata sari,sanjaya pun mencoba tuk membuka mata karena masih
tak yakin dengan apa yang barusan di dengar
“dinda… kau benar benar dinda…?ya Tuhanku ku bersujud
dan bersyukur kepadaMu,Kau masih mau mendengar doaku.,,,, dinda tak ingat kalau
dinda di patuk ular..?tanya sanjaya ke dwi permata sari
“oooo ia.. dinda ingat… tapi kenapa kita di sini
kanda?”Dwi penuh heran bertanya kepada sanjaya
“kanda membawa dinda tuk selalu hidup mati bersama
dinda….,di sana ada pulau,mari kita berlabuh di sana,di sana kita akan hidup
bersama berdua”ajak sanjaya
“baik kanda”dwi pun mersa bahagia dengan kesetiaan dan
cinta sanjaya dan ia pun merasa yakin kan bahagia bersama sanjaya.
Di pulau itu hanya mereka berdua yang tinggal.mereka
hidup dengan menangkap ikan,menanam apa apa yang bisa di tanam dan di
makan.Mereka sangat bahagia meskipun hidup seadanya.
Suatu ketika kapal seorang saudagar kaya melewati
pulau tersebut dan mencoba berlabuh tuk memastikan pulau tersebut berpenghuni
atau tidak,dan mencoba membuka pasar perdagangan di pulau itu.Bersama itu
sanjaya pergi menangkap ikan dan dwi permata saripun sedang mencuci pakaian di
tepi sungai yang jauh jaraknya dari tempat sanjaya.Saudagar itupun melihat dwi
yang sedang mencuci pakaian,dan menghampiri dwi
“apa yang sedang gisana lakukan di tempat seperti
ini,apa di sini ada desa untuk berdagang?” Tanya saudagar
“tidak ada gisana,yang ada hanya kami berdua di pulau ini.aku dan
suamiku sanjaya,sedangkan aku sekarang mencuci pakaian kami berdua”jawab dwi
permata sari
“Apakah gisana bisa tinggal di tempat seperti ini yang
tak berpenghuni?selalu di landa sepi?apakah gisana ak ingin hidup seperti
halnya manusia lainnya?lebih baik gisana ikut saya,di sana banyak kehidupan
yang menanti kita!”ajak saudagar
“di sini aku memang sepi dan ingin meninggalkan semua
ini tetapi disini ada sanjaya yang selalu menemani.tapi… bukan disini
tempatnya yang ku harapkan”jawab dwi permata sari
“coba gisana pikirkan sejenak mana yang lebih baik dan
harus di putuskan,bilamana gisana ingin meniggalkan semua ini,gisana bisa ikut
bersama saya dan akan ku jadikan gisana istri saya”tambah saudagar
“baiklah gisana,….aku akan ikut bersamamu”dwi pun
memutuskan tuk meninggalkan kesepiannya yang selama ini ia rasakan dan
pergi bersama saudagar itu menuju kota.
Haripun menjelang sore dan sanjaya pulang dari
menangkap ikan dan ia ingin segera cepat sampai rumah dan memberi tahu dwi
permata sari kalau ia hari ini berhasil menangkap ikan banyak.Sesampainya di
rumah tak didapatinya dwi permata sari dan hanya selembar daun jati yang ia
temukan di atas meja bambunya.Di daun itu bertuliskan
“maafkan dinda kanda sanjaya,dinda ingin selalu
bersama kanda,tapi dinda juga ingin hidup bahagia bersama dengan yang
lainnya,yang mana kebahagiaan itu bukan milik kita semata”
Sanjaya menangis,dan seakan tak kuasa menerima
kenyataan ini semua
“ya Tuhanku kau memisahkan kami dengan kematian dan
mengembalikan kebahagiaan dalam kehidupan.tapi kehidupan yang lain
lah yang di inginkan dinda,mohon beri kebahagiaan baginya ya Tuhanku…”
Dan sanjaya
tetap memutuskan tuk hidup sendiri di pulau terpecil itu,dan tidak pergi
mencari sang istri yang pergi.karena itu memang yang menjadi keinginan dwi
permatasari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar